Senin, 09 April 2012

Gangguan Fobia

James Drever mengartikan Fobia sebagai "Ketakutan pada suatu objek atau keadaan yang tidak dapat dikendalikan, yang biasanya disertai dengan rasa sakit yang perlu diobati." Pendapat lain menyebut fobia sebagai "Rasa takut terhadap hal-hal yang dianggap mengancam". Misalnya, rasa takut pada tempat-tempat yang tinggi letaknya. Supratiknya menjelaskan fobia sebagai "Perasaan takut yang bersifat menetap terhadap objek atau situasi tertentu yang sesungguhnya tidak menimbulkan ancaman nyata bagi yang bersangkutan atau yang bahayanya terlalu dibesar-besarkan."

Selanjutnya, Supratiknya mengemukakan beberapa contoh fobia yang penting, sebagai berikut.
  1. Akrofobia, takut berada di ketinggian.
  2. Agorafobia, takut berada di tempat terbuka.
  3. Klaustrofobia, takut berada di tempat tertutup.
  4. Hematofobia, takut melihat darah.
  5. Monofobia, takut berada sendirian di suatu tempat.
  6. Niktofobia, takut pada kegelapan.
  7. Pirofobia, takut melihat api.
  8. Zoofobia, takut pada binatang pada umumnya atau hanya jenis binatang tertentu.
Inti gangguan fobia adalah objek telah diidentifikasikan sehingga dapat dihindari. Sayang sekali, ini sering berarti tidak pernah meninggalkan rumah, keadaan sekunder yang disebut agrofobia. (Agrofobia adalah juga komplikasi umum dari gangguan panik). Banyak penderita fobia tetap terkurung di rumah selama bertahun-tahun. Gangguan fobia, panik, dan kecemasan umum adalah keadaan yang banyak terjadi. Fobia pada umumnya memiliki sifat khusus, yakni:
  1. Perasaan takutnya intens dan mengganggu kegiatan sehari-hari si penderita. Umpamanya, seorang pemuda harus kehilangan pekerjaannya sebagai perawat karena takut melihat darah (Hematofobia). Atau, seorang wanita eksekutif merasa sangat terhambat pelaksanaan tugas-tugasnya karena takut naik lift kendati selalu dikawal oleh seorang bawahannya (klaustrofobia).
  2. Biasanya disertai simtom-simtom lain, seperti pusing-pusing, sakit perut, sakit punggung, dan sebagainya.
  3. Kadang-kadang disertai kesulitan membuat keputusan. Gejala ini disebut desidofobio, atau takut membuat keputusan.
Drs. Alex Sobour, M.Si. Psikologi umum



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Minggu, 08 April 2012

Bunuh Diri

Mengapa ada orang yang nekat bunuh diri? Faktor-faktor apa yang menebabkan mereka melakukan tindakan tidak terpuji tersebut? Para ilmuwan sosial mencatat bahwa kebanyakan percobaan bunuh diri, baik di kalangan perempuan maupun lelaki, dilakukan di tengah suasana percekcokan antara pribadi atau tekanan hidup berat lainnya. Pada umumnya kasus bunuh diri dilakukan karena stres yang ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain :
  1. Depresi. Ada indikasi bahwa sebagian besar orang yang berhasil melakukan bunuh diri tengah dilanda depresi pada saat tindakan tersebut dilakukan.
  2. Krisis dalam hubungan interpersonal. Konflik dan pemutusan hubungan, seperti konflik dalam perkawinan, perpisahan, perceraian, kehilangan orang-orang terkasih akibat kematian dapat menimbulkan stres berat yang mendorong dilakukannya tindakan bunuh diri.
  3. Kegagalan dan devaluasi diri. Perasaan bahwa dirinya telah gagal dalam suatu urusan penting, biasanya menyangkut pekerjaan, dapat menimbulkan devaluasi diri atau rasa kehilangan harga diri yang mendorong tindakan bunuh diri.
  4. Konflik batin. Di sini, stres tersebut bersumber dari konflik batin atau pertentangan di dalam pikiran orang yang bersangkutan.
  5. Kehilangan makna dan harapan hidup. Karena kehilangan makna dan harapan hidup, orang merasa hidupnya sia-sia. Akibatnya, ia memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Agaknya setiap berbicara ikhwal tindakan bunuh diri, kita harus selalu menyebut nama: Emil Durkheim. Emil Durkheim adalah seorang sosiolog terkemukan prancis yang banyak melakukan studi tentang bunuh diri dalam dasarwasa terakhir abad sembilan belas. Dalam penelitiannya, Emil Durkheim merumuskan dan menguraikan tiga tipe bunuh diri, yaitu bunuh diri egoistis, bunuh diri altruistis, dan bunuh diri anomis, yakni yang berkesan dengan keadaan saat orang yang bersangkutan kehilangan pegangan hidup.

  1. Bunuh diri egoistis. Egoisme adalah sikap seseorang yang hendak berintegrasi dengan kelompoknya, yaitu keluarga, kelompok rekan, kumpulan agama dan sebagainya. Hidupnya tidak terbuka kepada orang lain. Ia hanya memikirkan dan mengusahakan kebutuhannya sendiri, tidak memperhatikan kebutuhan orang lain atau masyarakat.
  2. Bunih diri altruistis. Bunuh diri altruistis adalah adalah kebalikan dari bunuh diri egoistis. Kini, yang bersangkutan sedemikian menyatukan diri dengan nilai-nilai grupnya dan sedemikian berintegrasi, hingga diluar itu ia tidak mempunyai identitas. Pengintegrasian yang menyangkut seluruh hidup seseorang memandang hidup di luar grup atau dalam pertentangan dengan grup sebagai tidak berharga. Maka kalau etiknya grup menuntut agar dia merelakan nyawanya demi suatu keyakinan atau kepentingan bersama, ia akan cenderung menyesuaikan diri dengan tuntutan itu.
  3. Bunuh diri anomis. Anomi (kekaburan norma, tanpa norma) adalah keadaan moral ketika orang yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan, dan norma dalam hidupnya. Nilai-nilai yang semua memberi motivasi dan arah kepada perilakunya, tidak berpengaruh lagi. Berbagai kejadian dapat menyebabkan keadaan itu. Musibah yang menimpa seseorang, hingga semuanya yang pernah menyemangati dan menertibkannya telah musnah, dapat mengakibatkan perubahan radikal.

Supratiknya, A., "Pengantar" dalam Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-teori holistik (Organismik - Fenomenologis), Penerjemah Yustinus, Kanisius, Yogyakarta, 1993, hlm. 5-13.

Worsley, Peter, et al., Pengantar Sosiologi, sebuah pembanding, Jilid 1, PT Tiara Wacana, Yogyakarta, 1991.

Veeger K.J., Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Rahasia Metode Orang-Orang Yahudi dalam Belajar

Salah satu rahasia dari kecerdasan orang-orang yahudi yang membuat mereka mampu menguasai pendidikan, media, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah rahasia metode dalam belajar. Metode belajar yang dimiliki orang-orang Yahudi membuat golongan ini sedemikian cerdas. Metode yang dimiliki orang-orang yahudi sebenarnya sangat sederhana dan bisa dilakukan siapa saja selain yahudi, termasuk orang-orang indonesia. Tapi, pada umumnya bangsa-bangsa lain tidak peduli terhadap metode belajar orang-orang yahudi ini, sehingga mereka selamanya tertinggal dari yahudi.

Metode ini bukan hanya sekedar metode dalam belajar, tapi sudah menjadi tradisi mereka. Metode-metode tersebut adalah :
  1. Bersandar pada keyakinan. Artinya, orang-orang yahudi selalu percaya dan yakin pada ingatan yang mereka miliki.
  2. Menulis segala pelajaran, baik yang diperoleh di sekolah, lingkungan masyarakat, teman, maupun keluarga, dengan jelas dan memakai tinta hitam. Dalam falsafah orang-orang Yahudi, ilmu adalah pancing, sedangkan tulisan adalah ikatannya. Jadi, pancing tidak akan berfungsi bila tidak diikat dengan kuat, yaitu dengan tulisan.
  3. Belajar dengan seorang hevrutah (pasangan belajar), dengan suara keras dan bernada.
  4. Belajar pada saat berjalan atau bergerak sambil bolak-balik. Orang-orang Yahudi melakukan hal tersebut dengan hati penuh bahagia.
  5. Belajar di tempat yang penuh inspiratif. Bagi Yahudi, tempat yang inspiratif disesuaikan dengan kondisi jiwa, hati, suasana, dan perasaan. Artinya, tempat inspiratif itu tidak tetap dalam setiap harinya. Bisa saja hari ini belajar di bawah pohon atau di dekat bunga, tapi besok berubah ke taman bunga.
  6. Menghindari segala gangguan yang dapat merusak kosentrasi dan mengalihkan perhatian saat belajar.
  7. Menggunakan teknik-teknik kosentrasi, yaitu doa, iringan musik, dan minum sebelum belajar agar badan terasa segar, atau hal-hal lain yang dapat memotivasi belajar.
  8. Memulai belajar dengan membaca sesuatu yang ringan dan menarik. Orang-orang Yahudi belajar dari hal yang paling gampang ke hal yang paling sulit. Mereka tidak pernah menyalahi atau membalik metode itu, yaitu belajar dari yang paling sulit ke yang paling gampang.
  9. Belajar saat badan terasa fit, tidak mengantuk, dan pikiran sedang segar. Cara ini jauh lebih baik meskipun lama belajar hanya 1 jam, daripada belajar selama 3 jam namun badan terasa letih.
  10. Pada saat orang-orang Yahudi belajar, mereka akan menaiki gelombangnya dan mengalir bersama materinya.
  11. Pada saat orang-orang Yahudi kehabisan energi, mereka akan beristirahat dan membiarkan pikiran mereka beristirahat sepenuhnya. Artinya orang-orang Yahudi tidak pernah memaksakan diri untuk belajar bila sedang kelelahan, sumpek, dan sebagainya.
  12. Orang-orang Yahudi merangkum gagasan dan konsep-konsep dengan menggunakan kata-kata kunci yang akan memicu daya ingat setelahnya..
  13. Orang-orang Yahudi menciptakan rangkaian kata-kata kunci dengan menggunakan sebuah cerita yang berkaitan.
  14. Orang-orang Yahudi mengatur materi secara logika, dalam kelompok-kelompok, secara kronologis dan seterusnya.
  15. Orang-orang Yahudi menggunakan akronim, simbol-simbol yang kontras, dan simbol-simbol yang paralel.
  16. Orang-orang Yahudi akan selalu mengulangi apa yang mereka pelajari dan selalu berlatih kembali, kecuali badan dan pikiran mereka sudah terasa letih.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer