Minggu, 07 Oktober 2012

Psikologi Lintas Budaya


Pengertian Psikologi Lintas Budaya

Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.

Tujuan Mempelajari Psikologi Lintas Budaya

Tujuan dari kajian psikologi Lintas Budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik.

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ilmu Lain

Jika tujuan dari kajian psikologi Lintas Budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik. Maka saya beropini bahwa hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan ilmu lain adalah sebagai suatu pertimbangan yang bersifat fundamental.

Etnosentrisme dalam Psikologi Lintas Budaya

Etnosentris adalah kecenderungan untuk melihat dunia melalui filter budaya sendiri. Istilah ini sering dipandang  negatif, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melihat orang lain dengan cara di luar latar belakang budaya anda sendiri. Sebuah definisi terkait etnosentrisme memiliki kecenderungan untuk menilai orang dari kelompok, masyarakat, atau gaya hidup yang lain sesuai dengan standar dalam kelompok atau budaya sendiri, seringkali melihat kelompok lainnya sebagai inferior (lebih rendah) (Healey, 1998; Noel, 1968).

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam Hal Transmisi Budaya Melalui Enkulturasi dan Sosiologi

Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.

Sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Persamaan enkulturasi dan sosiologi adalah pada cara mentransmisikan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Perbedaan enkulturasi dan sosiologi adalah jika enkulturasi merupakan sebuah transmisi yang bersifat umum, maka sosiologi lebih bersifat khusus. Hal tersebut dikarenakan cara yang digunakan untuk mentransmisikan suatu budaya kepada generasi berikutnya tentu lah berbeda.

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Melalui Perkembangan Moral

Persamaan antar budaya melalui perkembangan moral adalah kesamaan pada perkembangan moral setiap individu.

Perbedaan antar budaya melalui pertimbangan moral adalah pada budaya yang di anut

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Melalui Perkembangan Remaja

Persamaan antar budaya melalui perkembangan remaja adalah pada periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.

Perbedaan antar budaya melalui perkembangan remaja adalah pada moral yang mereka anut cendrung memiliki kesamaan dengan budaya setempat.

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Konformitas, Compliance dan Obedience

Konformitas adalah proses dimana seseorang mengubah perilakunya untuk menyesuasikan dengan aturan kelompok.

Compliance adalah konformitas yang dilakukan secara terbuka dengan tujuan terlihat umum, walapun orang tersebut tidak menyukainya.

Obedience adalah suatu bentuk ketundukan yang muncul ketika seseorang mendapatkan suatu perintah
Persamaan dari ketiga hal tersebut adalah sebagai kepatuhan sosial yang berakar pada budaya.

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Nilai-Nilai

Nilai yang dimaksud dalam konteks pembahasan ini adalah suatu budaya yang cendrung melekat pada diri seseorang.

Perbedaan nilai-nilai tersebut adalah pada budaya yang mereka anut.

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Perilaku Gender

Gender adalah suatu hal mutlak yang dimiliki oleh setiap orang. Namun jika ada perbedaan, maka perbedaan tersebut hanya mengakibatkan pada perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita.

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya dalam Hal Sosial dan Mayarakat

Sosial yang dimaksud pada konteks ini adalah suatu proses bagi seseorang untuk menyesuaikan diri dengan budayanya.

Masyarakat yang dimaksud pada konteks ini adalah se-kelompok manusia yang hidup bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan.

Perbedaan yang terdapat adalah pada cara menyesuaikan dengan budayanya.

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Sosial Kognitif

Sosial kognitif menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh dan mempertahankan pola-pola perilaku tertentu. Teori ini mengidentifikasi prilaku manusia sebagai interaksi dari faktor perorangan, prilaku dan lingkungan. Keterkaitan antara lintas budaya dan sosial kognitif tentulah ada. Sebagai contoh sejumlah studi telah menemukan bahwa orang yang tumbuh dalam budaya Asia Timur seperti Cina dan Jepang cenderung untuk mengembangkan gaya berpikir holistik, sementara orang dibesarkan dalam budaya Barat seperti Australia dan Amerika Serikat cenderung untuk mengembangkan gaya berpikir analitik.

Persamaan dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Individual Kolektifitas

Individualisme adalah suatu kondisi ketika masyarakat melakukan segala sesuatu dengan mandiri, mencari sesuatu sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan mereka hanya dekat dengan keluarga dekat mereka.
Sedangkan kolektivitas adalah suatu kerangka sosial yang kuat dan sangat kohesif (Hofstade, 2001). Adapun Schawrts (1999) memandang realitas tersebut sebagai suatu perbedaan dalam masyarakat mengenai terpisah (autonomous) dan melekat (embedded) dalam suatu kelompok.

Salah satu dimensi paling fundamental yang membedakan budaya adalah tingkat individualisme dan kolektivisme. Dimensi ini menentukan bagaimana orang hidup bersama, dan nilai-nilai mereka, dan bagaimana mereka berkomunikasi.

Daftar Pustaka

·         http://en.wikipedia.org/wiki/Social_cognition



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Jumat, 15 Juni 2012

Horror Vision


Apa yang saya rasakan ketika menonton film tadi? Biasa saja, karena film itu saya anggap tidak bermutu.

Makna film? Hanya pembodohan. Seseorang berhak mencari kebenarannya sendiri bukan dengan dari tontonan film yang anda berikan tadi.

Harapan saya? Harapan yang sederhana. Keberhasilan dari tujuan perang dunia ke-3, anda bisa mendapatkan informasi itu dengan cepat dari google atau media yang lainnya.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Senin, 09 April 2012

Gangguan Fobia

James Drever mengartikan Fobia sebagai "Ketakutan pada suatu objek atau keadaan yang tidak dapat dikendalikan, yang biasanya disertai dengan rasa sakit yang perlu diobati." Pendapat lain menyebut fobia sebagai "Rasa takut terhadap hal-hal yang dianggap mengancam". Misalnya, rasa takut pada tempat-tempat yang tinggi letaknya. Supratiknya menjelaskan fobia sebagai "Perasaan takut yang bersifat menetap terhadap objek atau situasi tertentu yang sesungguhnya tidak menimbulkan ancaman nyata bagi yang bersangkutan atau yang bahayanya terlalu dibesar-besarkan."

Selanjutnya, Supratiknya mengemukakan beberapa contoh fobia yang penting, sebagai berikut.
  1. Akrofobia, takut berada di ketinggian.
  2. Agorafobia, takut berada di tempat terbuka.
  3. Klaustrofobia, takut berada di tempat tertutup.
  4. Hematofobia, takut melihat darah.
  5. Monofobia, takut berada sendirian di suatu tempat.
  6. Niktofobia, takut pada kegelapan.
  7. Pirofobia, takut melihat api.
  8. Zoofobia, takut pada binatang pada umumnya atau hanya jenis binatang tertentu.
Inti gangguan fobia adalah objek telah diidentifikasikan sehingga dapat dihindari. Sayang sekali, ini sering berarti tidak pernah meninggalkan rumah, keadaan sekunder yang disebut agrofobia. (Agrofobia adalah juga komplikasi umum dari gangguan panik). Banyak penderita fobia tetap terkurung di rumah selama bertahun-tahun. Gangguan fobia, panik, dan kecemasan umum adalah keadaan yang banyak terjadi. Fobia pada umumnya memiliki sifat khusus, yakni:
  1. Perasaan takutnya intens dan mengganggu kegiatan sehari-hari si penderita. Umpamanya, seorang pemuda harus kehilangan pekerjaannya sebagai perawat karena takut melihat darah (Hematofobia). Atau, seorang wanita eksekutif merasa sangat terhambat pelaksanaan tugas-tugasnya karena takut naik lift kendati selalu dikawal oleh seorang bawahannya (klaustrofobia).
  2. Biasanya disertai simtom-simtom lain, seperti pusing-pusing, sakit perut, sakit punggung, dan sebagainya.
  3. Kadang-kadang disertai kesulitan membuat keputusan. Gejala ini disebut desidofobio, atau takut membuat keputusan.
Drs. Alex Sobour, M.Si. Psikologi umum



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Minggu, 08 April 2012

Bunuh Diri

Mengapa ada orang yang nekat bunuh diri? Faktor-faktor apa yang menebabkan mereka melakukan tindakan tidak terpuji tersebut? Para ilmuwan sosial mencatat bahwa kebanyakan percobaan bunuh diri, baik di kalangan perempuan maupun lelaki, dilakukan di tengah suasana percekcokan antara pribadi atau tekanan hidup berat lainnya. Pada umumnya kasus bunuh diri dilakukan karena stres yang ditimbulkan oleh berbagai sebab, antara lain :
  1. Depresi. Ada indikasi bahwa sebagian besar orang yang berhasil melakukan bunuh diri tengah dilanda depresi pada saat tindakan tersebut dilakukan.
  2. Krisis dalam hubungan interpersonal. Konflik dan pemutusan hubungan, seperti konflik dalam perkawinan, perpisahan, perceraian, kehilangan orang-orang terkasih akibat kematian dapat menimbulkan stres berat yang mendorong dilakukannya tindakan bunuh diri.
  3. Kegagalan dan devaluasi diri. Perasaan bahwa dirinya telah gagal dalam suatu urusan penting, biasanya menyangkut pekerjaan, dapat menimbulkan devaluasi diri atau rasa kehilangan harga diri yang mendorong tindakan bunuh diri.
  4. Konflik batin. Di sini, stres tersebut bersumber dari konflik batin atau pertentangan di dalam pikiran orang yang bersangkutan.
  5. Kehilangan makna dan harapan hidup. Karena kehilangan makna dan harapan hidup, orang merasa hidupnya sia-sia. Akibatnya, ia memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Agaknya setiap berbicara ikhwal tindakan bunuh diri, kita harus selalu menyebut nama: Emil Durkheim. Emil Durkheim adalah seorang sosiolog terkemukan prancis yang banyak melakukan studi tentang bunuh diri dalam dasarwasa terakhir abad sembilan belas. Dalam penelitiannya, Emil Durkheim merumuskan dan menguraikan tiga tipe bunuh diri, yaitu bunuh diri egoistis, bunuh diri altruistis, dan bunuh diri anomis, yakni yang berkesan dengan keadaan saat orang yang bersangkutan kehilangan pegangan hidup.

  1. Bunuh diri egoistis. Egoisme adalah sikap seseorang yang hendak berintegrasi dengan kelompoknya, yaitu keluarga, kelompok rekan, kumpulan agama dan sebagainya. Hidupnya tidak terbuka kepada orang lain. Ia hanya memikirkan dan mengusahakan kebutuhannya sendiri, tidak memperhatikan kebutuhan orang lain atau masyarakat.
  2. Bunih diri altruistis. Bunuh diri altruistis adalah adalah kebalikan dari bunuh diri egoistis. Kini, yang bersangkutan sedemikian menyatukan diri dengan nilai-nilai grupnya dan sedemikian berintegrasi, hingga diluar itu ia tidak mempunyai identitas. Pengintegrasian yang menyangkut seluruh hidup seseorang memandang hidup di luar grup atau dalam pertentangan dengan grup sebagai tidak berharga. Maka kalau etiknya grup menuntut agar dia merelakan nyawanya demi suatu keyakinan atau kepentingan bersama, ia akan cenderung menyesuaikan diri dengan tuntutan itu.
  3. Bunuh diri anomis. Anomi (kekaburan norma, tanpa norma) adalah keadaan moral ketika orang yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan, dan norma dalam hidupnya. Nilai-nilai yang semua memberi motivasi dan arah kepada perilakunya, tidak berpengaruh lagi. Berbagai kejadian dapat menyebabkan keadaan itu. Musibah yang menimpa seseorang, hingga semuanya yang pernah menyemangati dan menertibkannya telah musnah, dapat mengakibatkan perubahan radikal.

Supratiknya, A., "Pengantar" dalam Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-teori holistik (Organismik - Fenomenologis), Penerjemah Yustinus, Kanisius, Yogyakarta, 1993, hlm. 5-13.

Worsley, Peter, et al., Pengantar Sosiologi, sebuah pembanding, Jilid 1, PT Tiara Wacana, Yogyakarta, 1991.

Veeger K.J., Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Rahasia Metode Orang-Orang Yahudi dalam Belajar

Salah satu rahasia dari kecerdasan orang-orang yahudi yang membuat mereka mampu menguasai pendidikan, media, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, hiburan, dan sebagainya adalah rahasia metode dalam belajar. Metode belajar yang dimiliki orang-orang Yahudi membuat golongan ini sedemikian cerdas. Metode yang dimiliki orang-orang yahudi sebenarnya sangat sederhana dan bisa dilakukan siapa saja selain yahudi, termasuk orang-orang indonesia. Tapi, pada umumnya bangsa-bangsa lain tidak peduli terhadap metode belajar orang-orang yahudi ini, sehingga mereka selamanya tertinggal dari yahudi.

Metode ini bukan hanya sekedar metode dalam belajar, tapi sudah menjadi tradisi mereka. Metode-metode tersebut adalah :
  1. Bersandar pada keyakinan. Artinya, orang-orang yahudi selalu percaya dan yakin pada ingatan yang mereka miliki.
  2. Menulis segala pelajaran, baik yang diperoleh di sekolah, lingkungan masyarakat, teman, maupun keluarga, dengan jelas dan memakai tinta hitam. Dalam falsafah orang-orang Yahudi, ilmu adalah pancing, sedangkan tulisan adalah ikatannya. Jadi, pancing tidak akan berfungsi bila tidak diikat dengan kuat, yaitu dengan tulisan.
  3. Belajar dengan seorang hevrutah (pasangan belajar), dengan suara keras dan bernada.
  4. Belajar pada saat berjalan atau bergerak sambil bolak-balik. Orang-orang Yahudi melakukan hal tersebut dengan hati penuh bahagia.
  5. Belajar di tempat yang penuh inspiratif. Bagi Yahudi, tempat yang inspiratif disesuaikan dengan kondisi jiwa, hati, suasana, dan perasaan. Artinya, tempat inspiratif itu tidak tetap dalam setiap harinya. Bisa saja hari ini belajar di bawah pohon atau di dekat bunga, tapi besok berubah ke taman bunga.
  6. Menghindari segala gangguan yang dapat merusak kosentrasi dan mengalihkan perhatian saat belajar.
  7. Menggunakan teknik-teknik kosentrasi, yaitu doa, iringan musik, dan minum sebelum belajar agar badan terasa segar, atau hal-hal lain yang dapat memotivasi belajar.
  8. Memulai belajar dengan membaca sesuatu yang ringan dan menarik. Orang-orang Yahudi belajar dari hal yang paling gampang ke hal yang paling sulit. Mereka tidak pernah menyalahi atau membalik metode itu, yaitu belajar dari yang paling sulit ke yang paling gampang.
  9. Belajar saat badan terasa fit, tidak mengantuk, dan pikiran sedang segar. Cara ini jauh lebih baik meskipun lama belajar hanya 1 jam, daripada belajar selama 3 jam namun badan terasa letih.
  10. Pada saat orang-orang Yahudi belajar, mereka akan menaiki gelombangnya dan mengalir bersama materinya.
  11. Pada saat orang-orang Yahudi kehabisan energi, mereka akan beristirahat dan membiarkan pikiran mereka beristirahat sepenuhnya. Artinya orang-orang Yahudi tidak pernah memaksakan diri untuk belajar bila sedang kelelahan, sumpek, dan sebagainya.
  12. Orang-orang Yahudi merangkum gagasan dan konsep-konsep dengan menggunakan kata-kata kunci yang akan memicu daya ingat setelahnya..
  13. Orang-orang Yahudi menciptakan rangkaian kata-kata kunci dengan menggunakan sebuah cerita yang berkaitan.
  14. Orang-orang Yahudi mengatur materi secara logika, dalam kelompok-kelompok, secara kronologis dan seterusnya.
  15. Orang-orang Yahudi menggunakan akronim, simbol-simbol yang kontras, dan simbol-simbol yang paralel.
  16. Orang-orang Yahudi akan selalu mengulangi apa yang mereka pelajari dan selalu berlatih kembali, kecuali badan dan pikiran mereka sudah terasa letih.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Sabtu, 24 Maret 2012

Konsep Sehat dan Dimensinya


Pengertian kesehatan lebih di mengerti kepada hal-hal yang berkaitan dengan fisik ketimbang mental, sebab, fisik lebih mudah diamati karena tampak dalam realita sehingga lebih mudah disadari oleh individu ketimbang hal-hal yang berkaitan dengan psikis. Selain itu dalam sejarahnya, manusia memang lebih mengutamakan untuk membebaskan diri dari penyakit fisik, karena penyakit fisik sangat jelas mempengaruhi kualitas hidup seseorang disbanding dengan hal-hal yang berkaitan dengan psikis.

 
Dimensi Sehat Terdiri Dari
1.      Fisik
2.      Emosi, Disiplin Diri
3.      Spiritual
4.      Sosial
5.      Intelektual
·         Fantasi
·         Prejection
 
Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental,Konsep,Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta : Andi.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Jumat, 23 Maret 2012

Perkembangan Kepribadian Seseorang Menurut Freud dan Erikson

Teori Kepribadian Menurut Freud

Menurut Freud kepribadian tersusun dari 3 sistem pokok, yakni: id, ego, dan superego. Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanismenya sendiri, namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit untuk memisahkan-memisahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku hamper selalu merupakan produk dari interaksi di antara ketiga system tersebut; jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.

Id

Id merupakan sistem kepribadian yang asli; id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang.

Ego

Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organism memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif.

Superego

Sistem kepribadian ketiga dan yang terakhir dikembangkan adalah superego. Superego adalah perwujudan internal dan nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orangtua kepada anak, dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman.

Perkembangan Kepribadian Menurut Freud

Freud mungkin psikolog pertama yang menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian dan terutama menekankan peranan menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakan struktur watak dasar sang pribadi. Memang. Freud berpendapat bahwa kepribadian telah cukup terbentuk pada akhir tahun kelima, dan bahwa perkembangan berikutnya sebagian besar hanya merupakan elaborasi terhadap struktur dasar itu. Ia sampai pada kesimpulan ini berdasarkan pengalaman-pengalamannya dengan pasien-pasien yang menjalani psikoanalisis. Secara tak terelakkan, eksplorasi-eksplorasi mental menjurus kea rah pengalaman-pengalaman awal masa kanak-kanak, yang ternyata berperan menentukan terhadap berkembangnya neurosis di kemudian hari. Freud yakin bahwa “anak adalah ayah manusia”. Adalah menarik menemukan preferensi kuat pada penjelasan genetic atas tingkah laku orang dewasa semacam itu, sementara Freud sendiri jarang menyelidiki anak-anak kecil secara langsung. Ia lebih suka melakukan rekonstruksi tentasng kehidupan masa silam seseorang berdasarkan evidensi yang terdapat dalam ingatan-kenangannya di masa dewasa.
            Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sember tengangan pokok, yakni: (1) proses-proses pertumbuhan fisiologis, (2) frustasi-frustasi, (3) konflik-konflik, dan (4) ancaman-ancaman. Sebagai akibat langsung dari meningkatnya tegangan yang di timbulkan oleh sumber-sumber ini, sang pribadi terpaksa mempelajari cara-cara baru mereduksikan tegangan. Proses belajar inilah yang dimaksudkan dengan perkembangan kepribadian Freud.

Teori Kepribadian Menurut Erikson

Menurut Erikson perkembangan berlangsung melalui delapan tahap. Empat tahap yang pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan ketiga tahap yang terakhir pada tahun-tahun dewasa dan usia tua.

1.      Kepercayaan Dasar versus Kecurigaan Dasar
2.      Otonomi versus Perasaan Malu dan Keragu-raguan
3.      Inisiatif versus Kesalahan
4.      Kerajinan versus Interioritas
5.      Identitas versus Kekacauan Identitas
6.      Keintiman versus Isolasi
7.      Generativitas versus Stagnasi
8.      Integritas versus Keputusasaan
 
Calvin S. hall & Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta : Kanisius.
Schultz.Duane. 2011. Psikologi Pertumbuhan dan Model - Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Kamis, 22 Maret 2012

Sejarah Perkembangan Ilmu Kesehatan Mental

Zaman Prasejarah

Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll.

Zaman peradaban awal

  1. Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental) 
  2. Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental) 
  3. Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)
Zaman Renaissesus

Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.

Era Pra Ilmiah

1. Kepercayaan Animisme

Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.

2. Kepercayaan Naturalisme

Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.

Era Modern

Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi
  1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan. 
  2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya. 
  3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental. 
  4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.
Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer